Tuesday, February 15, 2011

Serangan Jantung Kini Mulai Tikam Anak Muda

Akhir-akhir ini mulai terjadi pergeseran serangan jantung kepada mereka yang berusia lebih muda, seiring dengan perubahan gaya hidup (life style) yang mulai mengurangi aktifitas fisik, dan kemudahan dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Berdasarkan data di Rumas Sakit Jantung Harapan Kita sejak 2007 yang melibatkan lebih dari 3.000 kasus, pasien yang datang dengan serangan jantung sebagian besar berusia antara 45 dan 67 tahun, dengan usia rata2 57 tahun. ”Kita ketahui bahwa usia-usia seperti ini merupakan usia dimana seseorang dalam kondisi yang sangat produktif,” kata Isman Firdaus, spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah dari RS jantung Harapan Kita, hari ini di Jakarta.

Menurut dia, angka kejadian (prevalensi) penyakit jantung koroner berdasarkan data Riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2007, ada sebanyak 7,2%. ”Itu artinya jumlah penyakit ini tidak sebanyak jumlah penyakit infeksi. Namun walaupun prevalensi hanya 7,2%, penyakit ini ternyata masih menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia,” katanya.

Di Amerika Serikat, lanjutnya, ternyata penyakit jantung memberikan sumbangsih 50-60% angka dari semua jenis kematian. Data ini hampir sama dengan data di Eropa. Di Indonesia data kematian jantung secara pasti masih harus diteliti lebih lanjut.

Isman menuturkan serangan jantung dapat dikenali dengan munculnya keluhan atau gejala. Gejala atau keluhan serangan jantung yang paling sering adalah sakit dada kiri (disebut sebagai angina). Rasa sifat nyeri dada atau angina yang dirasakan pasien, katanya, a.l. nyeri seperti ditusuk-tusuk, terbakar, tertimpa benda berat, disayat-sayat, dan rasa panas.
Spoiler for Gambar:


Lokasi angina yang paling sering, lanjutnya, adalah di sekitar dada kiri yang menjalar ke lengan kiri. Atau nyeri daerah rahang, punggung dan uluhati. Gejala angina atau sakit dada harus dicurigai sebagai serangan jantung pada pasien atau individu yang berusia di atas 30 tahun.

Kecurigaan akan semakin kuat jika pasien diketahui memiliki riwayat keluarga sakit jantung, merokok, darah tinggi, kolesterol dan kencing manis. ”Jika kita berusia lebih dari 30 tahun, dan memiliki salah satu faktor risiko utama penyakit jantung koroner seperti merokok, kencing manis, darah tinggi, riwayat keluarga (keturunan), dan kolesterol, maka sangat dianjurkan untuk melakukan skrining (deteksi dini) penyakit jantung koroner,” ungkap staf pengajar di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fak. Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Serangan jantung, tambahnya, akan terjadi jika seseorang memiliki faktor risiko. Pasien yang tidak mempunyai keluhan jantung sebelumnya dapat mengalami serangan jantung . Pemicu serangan jangtung yang paling sering adalah aktifitas yang berlebih, yang berlangsung mendadak. Namun aktifitas olah raga atau aktifitas berat, bukanlah penyebab serangan jantung. Penyakit jantung koroner dapat bergejala atau tanpa gejala.

Dia menjelaskan penyakit jantung koroner tanpa gejala (asymptomatik) disebut sebagai silent killer. Infeksi, gula darah tak terkontrol, hipertensi yang mendadak tinggi, dan stress juga dapat menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya serangan jantung.


Dia menyebutkan alat sederhana yang dapat digunakan untuk mendeteksi jantung, a.l. adalah rekaman jantung (elektrokardiografi/EKG) saat istirahat, dan EKG saattifitas (treadmill test). Pemeriksaan yang lebih canggih, katanya, adalah dengan menggunakan multislice CT scan (MSCT). ”RS Jantung Harapan Kita adalah pelopor pemeriksaan MSCT di Indonesia sejak tahun 2002,” ujarnya.

No comments:

Post a Comment